Summit Attack Tambora, Minum air Kubangan Babi dan Menuju Pulang. Cerita Tambora #3
24 September 2015.
12.30 am ~
Saya tidak terlelap. sama sekali tidak terlelap! saya rasa ada yang ngikutin, ada yang ngeliatin saya tidur.
Nia yang tidur disamping saya juga sama! merem tapi tidak nyenyak.
Saiful membangunkan kami, dia sudah memasak sarapan buat kami. saya yang kurang tidur, rasanya jadi gada nafsu makan. Saya minum kopi alakadarnya dan ngemil roti tawar.
Kami re-packing. Mengeluarkan barang-barang penting karna tas akan kami tinggal di Shelter.
Saiful dibantu dua abang Mataram membereskan tenda. kami bersih-bersih piring makan dan minum kami.
Saiful menyimpan sebagian barang kami di semak-semak, sebagian lagi ditaruh di atap shelter. biar barang kami gak dibongkar babi hutan.
Jam 1 pagi lebih sedikit, kami berkumpul, berdoa, ngecek persediaan air lalu mulai mendaki ~ Bismilaaahh!
Menuju Pos 4, jalannya naik turun naik turun syantiikk dan didominasi dengan debu berterbangan, rumput ilalang tinggi dan daun jelatang, jarak pandang cuma 2 meter deh! saking tebal nya si debu.
2 abang dari Mataram, jalannya kaya orang lari.. gilee.. mereka bareng kita cuma sekitar 10 menit pertama, sisanya mereka udah tak terkejar. #sedih.
jarak tempuh dari pos 3 ke pos 4 sekitar 1 jam jalan santai, 30-45 menit jalan cepat kaya dua abang dari Mataram itu.
Pos 4 itu isinya pohon pinus tinggi-tinggi, sebenarnya ideal banget untuk di jadikan tempat menginap.
banyak tempat yang strategis dan lapang. namun sayang tidak banyak yang menginap disana, karna tidak ada mata air di pos 4.
Mata air terakhir hanya ada di pos 3, selebihnya pos 4 & 5 itu tidak ada.
kami rehat sebentar di Pos 4, sambil ngobrolin cerita-cerita mistis. dan guest what?!
semalam kami kedatangan penunggu pos 3! Rofik melihat langsung dengan mata kepalanya dan pun sempat mengambil gambar-nya. itu sebabnya Rofik dan Eka masuk tenda lebih cepat dan diam saja. padahal biasanya mereka itu ribut banget apalagi si Rofik. itu sebabnya juga tidur saya dan Nia tidak tenang sama sekali.
Saiful mengingatkan kami supaya tidak membicarakan hal itu sekarang dan segera bergegas menuju ke pos 5 yang masih 2 jam lagi.. #langsungpingsan
Sejak pembicaraan mistis di pos 4, kami berjalan dalam diam diantara pohon-pohon pinus.
kami bahkan tiba lebih cepat setengah jam dari perkiraan di pos 5. baru jam 3.30 am.
Pos 5 adalah pos terakhir tidak ada shelter tidak ada mata air dan setelah ini kami masih harus mendaki selama 3-4 jam menuju puncak.
Saiful junior kelihatannya tidak sehat. dia sedikit demam. Saiful minta break untuk istirahat.
kami tidur-tiduran di pos 5, sambil ngitungin bintang, sedangkan Saiful junior tidur beneran.
Break satu jam.
Jam 5 kurang dikit, kami mulai meninggalkan pos 5, Saiful jauh tertinggal di belakang kami.
mukanya pucat. kami sadar tidak mungkin sunrise di puncak. Dan seperti pendakian-pendakian sebelumnya. urusan puncak adalah urusan masing-masing. mau muncak atau tidak terserah masing-masing anggota.
Puncak Tambora dari Kejauhan |
Sunrise diatas pos 5 |
Sunrise diatas pos 5 |
Kita tetap hepi biar gak sunrise-an di puncak! |
Ini enak banget! |
saya dan Nia, jalan santai aja sambil metikin buah berry yang banyak banget di sepajang jalan kenangan.. #halah. karna tak mungkin kami lari, salto apalagi kayang sampai puncak yang keliatannya deket tapi kenyataannya masih jauuuuhhhh di ujung sana.
Sedangkan saiful masih ngikutin saya dan Nia dari belakang atau kadang duluan trus dia tidur sambil nungguin saya dan Nia lewat. trus dia nyusul lagi, trus duluan lagi, trus nyusul lagi, gitu terus deh.. hahaha..
Rasanya ingin menyerah, jalannya gersang panas serta persediaan air minum kami yang hampir habis. Cerdasnya lagi, Saiful tidak membawa sebotolpun air. Padahal sebagai porter justru harusnya dia yang membawa air lebih banyak daripada kami. eeehh laahh ini, malah berbagi air yang kami bawa dari pos 3. Belum lagi kami berdua kelaparan. karna melewatkan makan malam. terakhir kami makan ya itu pas di pos 2. Beruntungnya kami ketemu bekal yang ditinggalkan oleh dua abang Mataram yang diperkirakan sudah di puncak Tambora sejak subuh tadi.
bekalnya ada dua mie instant dan sebungkus roti kering lalu beberapa sachet kopi.
mayaaann
Nia : kita turun ajalah yoook.. capek!
Saya : gilee, masa yang ini gak summit lagi? dua gunung sebelum ini kan aku udah gak summit. masa yang ini gak juga? lagian tinggal dikit tuh.. ( padahal masih jauuuuhhh banget, keliatannya aja deket)
beneran tipu-an banget deh ini gunung.
Muka saya menaham capek. tapi apa boleh buat, saya mengumpulkan tenaga. Pantang turun sebelum puncak!
Sejam tertatih, bisa tiba juga di bibir kawah Tambora yang lebarnya 12x lapangan bola itu.
eiiitss, jangan sedih. masih harus mlipir kawah dan satu tanjakan lagi nooh untuk sampai ke puncaknya.
saya dan nia ketemu sama mba Eka yang juga hampir menyerah. saling menyemangati kami bertiga berusaha jalan terus. tidak diduga lama kemudian ketemulah si saiful junior, mukanya pucat dan kelelehan..porter juga manusia.
Di kejauahan si rofik sedang turun dari puncak lalu berhenti dan duduk, sepertinya dia nungguin kita.
Semangat kembali ada, lelah sepertinya hilang begitu saja. akhirnya kami ngegas lagi sampai ketemu Rofik.
"aku kira kalian gak jadi muncak. diatas aku liat kalian berhenti lama banget, jadi aku turun. ayookkkklaah aku temenin naik lagi.." semangaaatt kaliii Rofik si kaki lentik ini dan dia ikutan naik lagi.
Saiful junior awalnya tidak mau muncak karena kelelahan lalu berubah pikiran. karna ternyata dia selama menjadi porter belum pernah sampai ke puncak gunung Tambora.. #eeelaaaahhh..
Dari puncak Tambora terlihat kawah besar yang ada gunung barunya lagi nyembur-nyemburin asap.
Pulau satonda juga keliatan di kejauhan. indah benar ciptaan Tuhan! saya sambil membayangkan lagi bagaimana seramnya Tambora waktu meletus 200 ratus tahun yang lalu. hiiiyy!!
kami muncak tepat jam 8 pagi, meleset jauh dari harapan kami yang pengen sunrise di puncak. hihihi..
Satu jam saja cukup untuk berfoto ria dan istirahat di puncak, kami bersiap turun lagi..
Tinggal dikit lagi kak! |
Kawah Tambora |
Kami ada di puncak! |
Take a peak selfie. :) |
We did it! :) |
Menuju Puncak |
Kak Firman, Jangan dicorat-coret yaahh! #sedih |
Kita ada dipuncak.. yeaayy! |
Perjalanan panjang lagi menuju pos 3.
Turun
dari puncak Tambora, kami tidak lewat jalur yang sama. atas usul sang
porter kelelahan kami si Saiful Junior, kami turun lewat jalur
pemakaman, lalu lewat sungai kering menuju pos #5.
kenapa
dinamakan jalur Pemakaman? karna ada 2 makam yang akan kami lalui. yang
meninggal dan dimakamkan adalah dua orang pendaki tahun 70an. Jalur
ini medannya berpasir, kering, gersang, terbakar dan gak ada air!
Satu jam perjalanan ngelewatin 2 kuburan kami akhirnya memasuki hutan pinus, kami masih oke-oke saja.
Menurut
Saiful, ada sungai di dalam hutan pinus ini. Hanya saja
pasti gak ada air, karna musim kemarau panjang dan kebakaran hutan di
Tambora. Udara panas ditambah kebakaran di sisi kanan kiri jalan bikin
kami mudah sekali kelelahan. apalagi bekal air kami terakhir di minum
oleh Saiful waktu turun dari puncak.
Langkah
gontai saya karna kelelahan ditambah kehausan tetiba berubah, setelah
mendengar suaranya Rofik "ada air..ada air" Nia yang ada di depan saya
langsung berjalan lebih cepat. saya menyusul juga di belakang, menerabas
tumbuhan alang-alang yang banyak di depan mata.
Benar
saja, begitu tiba di sungai yang dimaksud Saiful tadi saya hanya
ngeliat batu-batu besar. lalu dimana airnya? manaaa? saya lemas lagi.
Muncullah
rofik dengan sebotol air yang dia tutupi dengan daun. "ini air kubangan
babi hutan. warnanya emang butek tapi rasanya segar. sudah di suling
sama Saiful. jangan liat warnanya minum aja, daripada dehirdrasi! cuuss
diminum, dan gak usah ikut liat kubangannya!" kata Rofik.
saya
langsung menyamber botol emak dan langsung meminum airnya. gak pake
lama! kapan lagi minum air kubangan babi langsung dari kubangannya?
yekaaannn..
mau tau rasanya air kubangan babi? rasanya segar di mulut tapi bikin sakit tenggorokan.
Puas
menikmati kebesaran Tuhan melalui air kubangan babi kami melanjutkan
perjalanan menuju pos #4 sambil metikin buah berry hutan. kali ini lebih
santai bahkan sambil bercanda kami mantap menempuh jalan menuju pos
empat.
pokoknya
semua yang di temui di tengah hutan memiliki akhiran hutan. contohnya:
Babi yang di temukan di hutan jadi Babi Hutan, mawar yang ditemukan di
hutan jadi Mawar Hutan, begitu juga dengan Berry, jadi Berry Hutan, dan
sebagainya- dan sebagainya..hahaha
Setelah
lepas dari Drama air kubangan Babi, kami berlanjut ke drama berikutnya
yaitu Saiful muntah-muntah.. ketika kami tiba di pos 4. bukan cuma
muntah-muntah, badannya juga demam, mengigil dan jari-jari ditangan
sebelah kiri tidak bisa digerakan sama sekali. Kami duduk agak lama di
pos 4 nungguin dia muntah.
Sepertinya
aneh, karna waktu berangkat dari Pancasila badannya segar bugar. dia
pun mengaku tidak sedang sakit. Dan bukan juga karena air kubangan yang
tadi kita minum, buktinya kami yang lain pun sehat-sehat juga.
selidik
punya selidik, dia mengaku tadi malam sempat buang air besar di balik
batang pohon dan tidak dikubur eek-nya. Kami semua berpadangan, karna
itu tempat dimana si penunggu itu berdiri.Rofik lalu mengeluarkan kamera
dari tas,. " Saiful eek disini? sambil nunjukin foto itu" " iya mak,
saya buang air besar disitu" hmmm benar sudah! suara rofik lebih lakik
kali ini "ayo minum dulu lalu cepat turun duluan saiful, eek nya di
ambil terus di pindah ke tempat lain, abis itu minta maaf disitu!"
Menyusul
Saiful kami langsung ngibriiiitt menuju pos 3, tidak ada lagi
canda-tawa kami, semua mendadak lemas dan tegang . hmm.. pantes saja
semalaman kami diganggu. ini toh penyebabnya. SAIFUL EEK SEMBARANGAN!
Begitu
tiba di Pos 3. kami menemukan surat berisikan nomer telepon dan ucapan
terima kasih dari dua abang Mataram yang sudah duluan turun. Mereka juga
sudah merapikan ransel-ransel kami dan diletakan pojokan.
Saiful
minta break satu jam untuk istirahat. Rofik ambil air, sedangkan saya,
Mba Eka dan Nia mulai menyiapkan makan siang. Rupanya Saiful sudah
memindahkan eek nya dan sudah meminta maaf.
Bagus deh!
Jam dua siang lebih dikit, kami persiapan untuk turun kembali.
Rofik sudah menghubungi Bapak Saiful untuk menjemput kami di pintu Rimba jam 7 malam.
Perjalanan
yang kami duga akan baik-baik dan cepat sampai ternyata jauh dari
perkiraan. padahal kami hampir tidak berhenti. tetapi tetap saja rasanya
berputar-putar dan lebih jauh. kami bahkan baru tiba di pos dua sekitar
jam 7 malam. bayangkan lima jam kami dari pos 3, yang seharusnya hanya
dua jam.
istirahat
sebentar kami langsung nge-gas lagi ke pos satu. disini perjalanan
semakin menguras emosi. Ditambah hari makin gelap.and guest what? Saiful tidak bawa senter.
jadi
ya, gimana gak emosi. dari summit, dia gak bawa air, kalo diminta
gantian ambil air dia gak mau lalu kami yang harus ngerawat dia karna
dia teledor buang air besar sembarangan, padahal dia paling tahu situasi
gunung ini dan sekarang gak bawa senterpun! makin naik darahlah saya.
Saiful saya omelin sepanjang jalan, sampai dia gak berani nengok ke
saya. entah angin apa yang membuat saya begitu meledak-ledak!
#maafkansayasaiful
Kami
merasa seperti tersesat. jalan yang kami lalui sepertinya
berputar-putar tak jelas, bahkan ada beberapa jalan yang saya rasakan
baru pertama kali saya lewati.
Untung
saja kami sempat bertemu beberapa pendaki di jalan, "sudah dekat pos 1
mbak, mas, hati-hati dan semangat!" begitu kata mereka.
Jam
sepuluh malam kami baru tiba di pos 1, hanya duduk sebentar kami
langsung buru-buru menuju pintu rimba. tidak mungkin ngecamp, karna
besok subuh, kami sudah harus memacu motor kembali ke Bali.
Rofik
berusaha menghubungi Bapak Saiful di penginapan, memastikan kami
dijemput. Sinyal tidak begitu bagus, apalagi kalo tertutup pohon-pohon.
beberapa kali berusaha akhirnya bisa juga...! Hooray..!!
Sebetulnya
jam 7 tadi sudah ada orang yang menjemput, ditunggu selama 2 jam, tapi
tak ada tanda-tanda kami yang nongol, akhirnya mereka balik lagi
disangkanya kami menginap lagi semalam.
Pak Saiful meminta para ojekers untuk datang lagi menjemput kami.
Satu
jam kami menuruni rimbunnya pohon dan daun-daun yang berserakan kami
akhirnya melihat cahaya lampu motor dari kejauhan. Kaki rasanya berat
luar biasa, walaupun dipaksa.
Saiful tertinggal di belakang bersama Nia. Saya masih kesal aja sama saiful. duuhh!
Rofik dan Eka langsung naik ojek kembali ke basecamp Pak saiful, di susul saya.
terdengar suara Nia dan Saiful di belakang menyusul.
Sudah jam 11 lebih, Jalanan gelap karna dan berdebu, kami membelah hutan.
di
atas motor, si bapak yang gonjengin tanya.. " mbak, kemaren ketemu
perempuan rambut panjang di pos 3 ya?" Saya gugup menjawab " hmm.. iya
pak. kok tau?" kata si bapak lagi " oh, pantesan.." abis bilang gitu,
rantai motor kami lepas. Mampus! apakah saya akan dimakan hantu
gentayangan di tengah hutan?? oh no..!! Selang beberapa menit saya
kemudian di lewati Saiful dan Mba Eka. saya dan si bapak berhenti
sekitar 15 menit, sambil si bapak benerin rantainya, kaki saya
gemeteran. njiiirrr.. saya sebenarnya lebih takut sama yang gak keliatan
gini daripada sama yang namanya "patah hati" Serius deh!
Rantai
motor beres, kami melanjutkan perjalanan. tiba-tiba di ujung jalan
sebelum jalan masuk ke pintu desa. si bapak ojeg berhenti.
Bapak ojeg : mbak, udah gak ada temennya mbak yang ada di belakang kan?
Saya : sudah pak, sudah lewat semua pak
Bapak ojeg: ok, tunggu sebentar ya mbak
Si bapak lalu memetik beberapa dahan kelor. diletakan berjejer di jalan itu.
Bapak
ojeg : Itu mbak, dari tadi ada yang ngikutin. keliatan di spion motor.
sebenarnya saya sudah lihat sejak mbak dan teman-teman turun tadi. tapi
kalo saya bilang dari tadi pasti kalian ketakutan. lain kali tolong
hormati gunung tambora ini ya mbak..
Saya
: diam aja, gak bisa berkata-kata lagi. bukan saya juga yang eek
sembarangan.. hufft.. malah kena getahnya di ikutin nenek berambut
panjang. siauuulll**
itu penampakannya! |
Dan
setelah mengajukan komplen kepada Bapak Saiful si pemilik basecamp
mengenai Saiful Juniornya, kami bersih-bersih badan lalu siap istirahat.
Rencana subuh jam 4 pagi kami langsung pulang menuju Bali. Perjalanan
panjang non-stop menanti kami besok.. eh, kok besok? beberapa jam lagi
dong karna waktu sudah menunjukan pukul 1 pagi.
Kami
molor lagi dari jadwal. yang seharusnya jam 4, jadi jam 5 baru bangun,
repacking dan berangkat jam 6 pagi, matahari yang super besar itu di
depan mata.
perjalanan pulang selalu lebih cepat, kami memacu motor 80-100km/ jam. karna jalanannya mulus banget.
Tengah hari kami masuk ke Sumbawa Kota. Kami cari mushola untuk numpang cuci muka dan istirahat sebentar.
Perjalanan
selanjutnya membelah bumi Sumbawa menuju Pototano, sekitar 5 jam dari
Sumbawa kota. dan beruntung menjelang maghrib kami sudah ada di
Pelabuhan Khayangan. 3-4 Jam lagi membelah Tanah Sejuta masjid, Lombok.
kami berenti makan dulu, walaupun sudah tidak nafsu lagi, badan seperti
mau rontok dari tulang-tulang ini. Tiba di Lembar, kami harus antri dua
jam karna memang arus balik selepas libur Idul Adha. Dari Lembar kami
4-6 jam naik Ferry menuju Bali.
lalu tiba di Bali pukul 1 dini hari, dilanjutkan ngebut satu jam ke Denpasar.
Akhir yang memuaskan, bisa Summit dan menikmati indahnya Bumi Tambora yang penuh Misteri, itu lebih dari cukup. Pengalaman yang mungkin tidak akan terulangi lagi.
Comments
Post a Comment