Jalan-jalan ke Desa Wolotopo

Entah kenapa saya tergila-gila sama yang namanya Kubur batu, rumah adat, dan semua yang berbau peninggalan zaman.
sore itu di Ende mendung menggantung, tapi tidak mengurangi niat saya menunju ke Desa Walotopo.
jaraknya tidak begitu jauh, hanya 45 menit dari arah timur kota Ende naik sepeda motor dan diboncengin kak Tuteh.. kurang enak apa coba? :D
jalan menuju Desa Wolotopo berkelok-kelok dipesisir pantai. pemandangannya lumayan sih.. sayang mendung. pantai disepanjang jalan ini adalah pantai berpasir hitam dengan batu-batu hitam besar disekitarnya.. coba kalo pasir dan batu ini ada di Denpasar, pasti jadi lahan empuk para kontraktor perumahan, perhotelan dan pervillaan.. batu dan pasir ini hasil karya dari gunung Iya yang berada tepat diseberang barat.

Pemandangan dari Tangga Alam.
 Oiya jauh sebelum masuk ke desa Wolotopo ini, ada yang namanya tangga alam. tangga yang benar-benar dipahat alam. dulu orang-orang di desa Wolotopo menggunakannya sebagai salah satu sarana untuk menuju kota Ende. kalo sekarang sih udah ga ada, udah dibuat jalan raya untuk memudahkan kegiatan perekonomian penduduk desa.

Gerbang Masuk Desa Wolotopo
 Kak Tuteh, ternyata belum pernah juga kesini. alhasil kita berdua sama-sama ga tau dimana ada kubur batu itu berada. tanya kanan kiri akhirnya dapat petunjuk, jalan lurus kekiri, naik terus ngikutin jalan, satu-satunya jalan didesanya itu sampai habis. begitu kata salah satu warga. and guess what? kita jalan menuju keatas..! sempat kawatir ga bisa nyampe atas ksrns kondisi tubuh bongsor kami yang dipanggul oleh yamaha mio putih kecil nan lugu.. hahaha..jadi ya, desa ini dibangun di tepi bukit dan membentuk desa dalam lembah. dan rumah adat serta  kubur batunya ada paling atas diujung atas desa ini..!


Duduk-duduk diatas kubur batu

Nyampe diatas kami ditemani seorang warga yang mengantar berkeliling, sayang tidak banyak informasi yang bisa saya dapatkan. bapaknya juga tidak banyak berbicara. saya melihat-lihat sebentar.. sayang banget kondisi kubur2 batu ini memprihantinkan, tidak diurus, banyak rumput liar dan ada pula yang dicorat-coret.
saya membayar seikhlasnya kepada bapak yang menghantarkan saya.lalu mengambil beberapa foto.

Kids

kubur batu di paling atas desa wolotopo

dikejar hujan


view mt.iya  from the top



 
  puas liat-liat, saya dan kak Tuteh bergegas pulang sebelum hujan besar kan tercurah.. sambil di cuit-cuitin dan disorak-sorakin, saya dan kak Tuteh menembuh hujan dan dingin untuk sampai ke Ende

Comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Post a Comment