Melali Ke Lembongan
Ah, pertama kali jalanku ke lembongan. Masih setia bersama
manis manja group. Teman sekantorlaaahh.. dua diantaranya teman dari gang
gallawers dulu. Eh, apa kabar tuh group, sepeninggal saya sebagai ketua? Hmmm…
miris aahh..
Pulau lembongan terletak di Tenggara pulau bali. Merupakan
kepulauan yang terdiri dari Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan.
Sabtu ceria itu kami awali dengan lari tergesa-gesa menuju
fast boat di pantai sanur. Fast boat yang konon akan membawa kami menuju
lembongan. Ok, kebiasaan jelek saya
adalah ngegampangin waktu janjian. -_-!
Jam tujuh janjian, tapi jam tujuh pagi itupun saya bahkan
belom mandi. Jarak rumah saya dengan pantai sanur mah sepuluh menit (nah, ini membuktikan saya sangat
ngegampangin waktu janjian..). hape saya sudah ribut bak dilanda kerusuhan.
Ketiga teman rekan jalan saya hari itu bergantian menelepon. Dari alasan ngisi
bensin sampe udah otw, saya hapalkan kepada setiap sms atau telepon yg
diterima… #okemaap.
Alhasil kita hampir
ditinggal si kapal cepat.
Harga tiket lima
puluh ribu rupiah, ditempuhlah perjalanan ini selama dua puluh lima menit. Aku
dan iput kebagian duduk di belakang , matt dan kay berdiri tabah diantara
pria-pria yang lain.. #25 menit yang menyiksa..
Kurang dari jam delapan kami mendarat mulus di lembongan.
Segera negosisasi motor sewaan seharga lima puluh ribu rupiah plus bensin. Gerimis menyambut pagi itu, dan hal pertama
yang ingin kami lakukan adalah SA to the RA to the PAN.. yak, Sarapan
pemirsaaahh..! atas resensi iput, kami langsung menuju Dream Beach. Ada sebuah
café kecil dilengkapi villa-villa mungil. Pemandangannya langsung ke bibir
pantai, pantainya kecil diantara tebing-tebing dan banyak burung kecil yang
terbang kesana kemari atau sekedar mampir melihat tamu café ini. Semuanya kecil, sesuai dengan si pemberi
resensi.. hehehe..
Suasana café pagi itu sepi.
Beberapa orang lalu lalang, dan kebanyakan sedang berenang di kolam di
area villa itu. Saya pesan sepiring gado-gado besar dengan segelas lemon tea
dingin. Iput memesan Soup lengkap, matt memilih spaghetti dan si kay dibuat
kenyang dengan sepiring nasi goreng special.
Nikmat sekali pagi itu, bisa makan bersama para sahabat dan ditemani
suguhan alam indah ini.
Ah, si gerimis masih belom bisa move on. Jadi walaupun sudah kenyang, masihlah kami
nongkrong disitu. Sambil nungguin si gerimis move on, saya iseng ngobrol dengan
sepasang warga spanyol yang kebetulan sarapan juga disitu. Mereka duduk
diseberang meja kami dan entahlah, menurut saya mereka pasangan romantic.
Pasangan ini sudah 4 hari menginap disini dan ini yang kali keempat mereka ke
lembongan! Wadyuh, saya kalah oke nih kalo begini ceritanya. Saya tinggal di
bali sudah tujuh tahun dan ini pertama kali saya main ke lembongan. What a shame..!
eh, tapi tunggu dulu… masih okean sayalah yaahh, daripada kay yang sudah
tinggal seumur hidupnya di bali dan ini juga “DEBUT”nya ke lembongan.. #puas ngakak..!
GALA – GALA , menjadi tujuan kami berikutnya setelah sarpan.
Rumah bawah tanah yang dibangun pada jaman penjajahan ini LENGKAP! Ada ruang
tamu, dapur, kamar tidur dan beberapa ruangan serba guna lainnya. Dengan alasan yang kurang jelas, Iput
memutuskan untuk tidak turun kebawah.
Jadilah aku, kay dan mat yang turun kebawah. Nah, agak
horror nih, soalnya hanya tersedia beberapa lampu penunjuk yang hidup dan dibawah itu gelaaappppp bangeeettt..!
tanpa guide, kami bertiga berjalan sesuai feeling memutari rumah bawah tanah
ini sambil menganalisa tiap detailnya.
Cukup aneh karena semua foto yang kami ambil, hasilnya
ngeblur.ga ada yang jadi.
Matahari makin menantang diatas ubun-ubun, perut ga begitu
lapar, tapi hausnya itu looohh… kaga nahan. Minuman yang dibeli langsung abis
sekali tegak..!
Jembatan Nusa Ceningan menjadi tujuan berikutnya. Jembatan
ini menjadi penghubung antara Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Jembatan kayu
itu biasa dilalui motor dan para petani rumput laut. Dibawah jembatan ini
banyak petani rumput laut yang menjemur hasil tangkapan mereka. Bau amis
bercampur bau matahari, ini benaran sedap dihirup! jembatan kayu ini bergetar
pelan dipermainkan angin. Saya horror karan saya takut ketinggian seperti ini.
Hati saya ingin narsis berfoto, tapi saya urungkan juga. Oke saya cukupkan diri
saya menjadi juru foto bagi teman-teman
saya saja dari batas aman jembatan ini. Segala pose diperagakan oleh
teman-teman saya bak model demi hasil yang memuaskan.. ^_^v
“duh, lapeerrrr..
cari makan nyook..!”
Dan acara makan siang kami cukup unik, kami membelah pulau
menuju jungkut batu, terus ketimur, menuju Manggrove park. Eh, kami bukan mau
makan daun mangrove, atau pohon
mangrove, tapi kami mau makan sepiring
nasi campur juara seharga lima belas ribu yang supeeeerrr eeennaaakk,,,!!
Yak, atas resensi iput jualah kami tiba di mini restoran
ini. diatas planton diantara para mangrove sepiring nasi campur juara itu
disajikan. Unik dan sedaaaapppp…!!
Penutup yang manis dari perjalanan ini. suasana tenang dan indahnya pemandangan
mangrove ini cukup memuaskan. Saya jadi
ingat rumah saya dikampung, eh, dibelakang
rumah saya ada hutan mangrove, dulu waktu saya masih kecil,
bertahun-tahun yang lalu.
Waktu menunjukan hampir jam tiga sore, kami bergegas kembali ke tempat kapal cepat.
Kami janjian sama pak supir boat, menumpang boat terakhir menuju sanur.
Sepanjang perjalanan ke sanur, kami hanya bertujuh termasuk
3 penumpang lainnya. Sambil memandang
buih-buih air laut, saya berjanji akan
kembali lagi ke lembongan.
I couldn't refrain fгom commenting. Vеry աell written!
ReplyDeleteCheck ߋut mʏ blog; fast boat from Bali tߋ Gili Trawangan (grpn.pl)