LASEM SEBUAH ANGAN YANG JADI KENYATAAN #PART 1
Karangturi, Lasem |
29 December 2014,
“Dulu di Lasem ada sungainya. Setiap orang punya sampan. Jika ingin berkunjung ke tetangga yang lain ya pakai sampan” begitu kata Bapak Gandor ketika kami sedang duduk-duduk di Klenteng Chu an Kiong
##
Saya memutuskan untuk mengunjungi tempat ini dengan memanfaatkan liburan akhir tahun 2014. biasanya saya males banget libur akhir tahun. selain tiketnya mahal, akhir tahun biasanya lebih rame dan padat pengujung. tapi gak apalah demi Lasem, demi ngidam yang tak terbendung.. demi.. demi.. demi..
well...
Lasem adalah pecinan kecil di utara pulau jawa yang punya segudang sejarah tentang bangsa tionghoa di Indonesia. kota dimana Laksamana Cengho pernah berjaya. kota yang kaya akan sejarah, rumah-rumah Cina Tua, Batik langka dan Kopi Lelet.
Rumah Tak Bertuan
Teras rumah tak bertuan. |
Deretan foto keluarga di rumah tak bertuan |
Tanpa tujuan pasti, kaki kami melangkah. yaahh.. kami hanya mengandalkan feeling. Toh tujuan kami ke Lasem memang mau lihat Klenteng.
Setelah mengisi dompet, saya dan Ruth berjalan mengikuti arah menuju ke Klenteng.
Kami ada di Karangturi, sepanjang kaki melangkah semua bangunannya masih asli dan tidak terawatt. Sepertinya sudah lama ditinggalkan pemiliknya.
Kami mampir di sebuah rumah, tidak ada nama pemiliknya. Hanya ada seorang bapak yang sedang bersih-bersih di halaman depan. Kami meminta ijin untuk liat-liat isi rumah. Beliau dengan ramah mempersilahkan.
Hampir semua rumah sudah tidak bertuan. Ditinggalkan begitu saja. Kosong dan tak berisi.
Ibu-ibu Pebatik |
Bergeser ke belakang rumah, ada ibu-ibu yang sedang membatik.
“kita di foto, lalu di sebarkan ke Jakarta…” sebut salah seorang ibu yang sedang membatik, Saya sempat tersenyum.. mungkin bagi mereka semua orang yang kesana adalah orang Jakarta. Saya memperkenalkan diri bahwa saya dari Hollywood yang sedang mencari nafkah di Bali, sedangkan Ruth asli orang Mori, yang lahir di Salatiga dan teman main saya di Bali. Jauh kaaaannnn??? Hehehe
kata ibu-ibu ini, kain batik yang mereka kerjakan akan dikirim ke Tangerang dan Jakarta untuk dijual.
Biasanya para pemesan datang sebulan sekali untuk mengambil pesanan batik mereka. Hampir semua rumah tangga di Kota Lasem ini, menggerjakan batik.
Batik di Lasem merupakan hasil silang budaya dari Cina dan Jawa. Motif burung hong, bunga seruni dan mata uang merupakan budaya Cina. Sedangkan motif parang, Kawung dan udan liris adalah motif geometris khas batik vorstenlander ( Surakarta dan Yogyakarta).
Warung Kopi Jinhe dan Kopi Lelet
Kopi Lasem |
Dari rumah tak bertuan, kami lanjut jalan kaki ke arah klenteng. Kira-kira 500 meter dari situ ada sebuah warung kopi. Biasa saja bentuknya dan tidak ada nama yang menempel diluar bangunannya. Iseng, Saya mengajak Ruth untuk mampir sebentar. Sambil melepas lelah dan sapa tau ketemu orang yang lagi nge-lelet rokok.
Yup..! Lasem memang terkenal dengan rokok dilelet kopi, selain banguna tua dan Batiknya..!
Hanya kami berdua pengunjung waktu itu, mungkin karna masih siang. Baru duduk sebentar kopi hitam pesanan kami disajikan dengan sepiring pisang yang baru saja digoreng. alamaakkk..saya langsung sikat tanpa ampun.
Gini inih cara minum kopi di Lasem..! Pak Jinhe, Photo by Ruth |
Pak Jinhe, Photo by Ruth |
Pemuda baik hati yang bersedia bikin rokok lelet buat kami. photo by Ruth |
Beberapa menit kemudian warung semakin ramai. Pak Jinhe mengamati kami, bertanya dari mana, dan ngapain kami kesini. kami awalnya disangkanya anak kuliahan yang sedang mengerjakan tesis.. ( baca: muka kami memang masih imu-imut.. hehehe) dengan malu-malu kami menerangkan bahwa kami ini sudah bekerja dan sudah lama lulus dari bangku kuliah.
Atas pemintaan pak Jinhe, seorang pemuda setempat bersedia membuatkan kami rokok lelet dengan motif yang sederhana. cara membuat kopi lelet :
1. Pesanlah kopi di waring pak Jinhe
2. Kopi akan disediakan dalam cangkir, di Lasem orang minum kopi tidak langsung dari bibir cangkirnya. namun dari tatakan. rasanya juga lebih enak.
3. Tuang seluruh isi kopi beserta ampasnya ke tatakan. minum kopinya sisakan ampasnya.
4. Nah.. ampasnya inilah yang digunakan para penduduk setempat untuk membatik rokok.
Rokok Lelet, Khas Lasem |
Rokok yang dilelet kopi biasanya akan lebih tahan lama. kalo biasa sebatang bisa abis dalam waktu 5 menit. kalo rokok lelet, bisa setengah jam-an lah.. *keriting deh tuh bibir, nyedot melulu*
Belakangan kami baru tahu bahawa warung kopi Jinhe ini ternyata tempat nongkrongnya orang-orang berpengaruh di kota ini. owalaahh beruntungnya kami ini..
Bapak Gandor
Bapak Gandor, sebelah kanan yang sebelah kiri, bapak Goib perayu ulung. hahaha |
Kami diperkenalkan dengan Pak Gandor. Beliau adalah pemegang kunci dari semua klenteng di kota Lasem dan juga narasumber untuk buku Lasem kota- ongkok kecil yang ditulis oleh Munazir Aziz. menurut pak Jinhe, beliau selalu datang untuk nongkrong dan minum teh. Dan benar saja, setengah jam kemudian, datanglah Pak Gandor mengendarai sepeda motor. Kami ngobrol panjang lebar dengan beliau. orangnya sangat baik hati, bersahaja dan sederhana. Semua pesanan makanan saya dan Ruth dibayar bapak Gandor. Tak hanya itu.. beliau juga menawarkan diri untuk mengantar kami berkeliling. gratiiisss..!!!
# Bersambung dulu yeeee, lagi ilang konsentrasi nulisnya gegara kebanyakan makan. next article, tentang klenteng tertua, rumah candu
Comments
Post a Comment