Perjalanan ke Kawah Ijen dan Bromo
H-1, ketika berita tentang status waspada kawah ijen diberlakukan.
Persiapan kami sudah 100%, dan tinggal berangkat saja. Peserta yang
ikut juga banyak banget ada 14 orang. Bahkan kami baru saja melakukan
meeting untuk persiapan beberapa jam sebelumnya.
Mas aris sampe ga tidur, welly pusing karna udah terlanjur merencakan bakal bolos kerja, maya dan yang lainya sudah ngambil cuti untuk trip kali ini. Kalo saya tetap menjalankan sunnah rosul, secara malam jumat.. hahahahaha..
Jumat paginya kami confrence lewat Ym, semua yg terlibat diajak diskusi. Keputusan final-nya adalah sapa yang berani, hayuk berangkat. Saya menghubungi petugas homestay yang sudah saya booking sebelumnya. Aneh, kabar yang saya terima via homestay tersebut berbeda dengan publikasi media. Pegawai homestay bilang gapapa, aman2 saja. Akhirnya setelah pembicaraan ngalor ngidul ga jelas di Ym, maka kami memutuskan untuk berangkat ke ijen, ngecek ajah sebenarnya statusnya apa?, yang statementnya bener nih ,yang versi pegawai homestay atau versi media.
Kami memutuskan untuk mengurangi rombongan, bawa satu mobil saja, dan dipilih orang2 yang berani mati *halah* hehehehe. Kami tetap berangkat ke ijen, dengan optional kalo ga bisa masuk ijen, ya sudah mlipir ke bromo atau pulau sempu. Toh, deket2 ini. Rencana awal berangkat sabtu pagi berubah menjadi jumat malam jam 23.00.
Perjalanan ke Ijen kami tempuh selama 8 jam, melalui jalur bondowoso. GPS di Iphone mas aris bekerja sangat baik namun tidak semua jalan menuju ijen bagus, beberapa kilometer didalam hutan rusak parah. Dan sedang diperbaiki.
Setelah alamat palsu-nya ayu tingting dan keong racun berkumandang berkali-kali dari tape mobil, akhirnya kami sampai juga di pos pertama di kebun kalisat jampit, kami mengisi buku tamu dan istirahat sambil minum kopi yang (sebenarnya ) sangat nikmat kalo disajikan tanpa gula. Saya terkagum-kagum, nyaris berlebihan ketemu dengan pohon kopi. Hahaha, saya cinta kopi..!! pemandangan memukau sepanjang jalan memasuki Afdeling kampung malang. Rumah unyu-unyu, bergaya vintage, berjejer rapi, Jalanan bersih dan udara seger bener.
Kami memutuskan untuk meninjau lokasi dulu sebelum mampir ke homestay yang saya booking. Setelah melewati 2 pos penjagaan , kami sampai di paltuding loket masuk ke ijen yang berjarak 3 Km dari kawah. Sampe dilokasi, ada wawancara dari statsiun televisi swasta, merekam pernyataan bahwa kawah ijen ditutup untuk wisatawan, dengan jarak 1.5 km. Pernyataan tersebut diulang ketika kami menanyakan hal yang sama. Dan kamipun taraaa.. masuk tipi dengan tidak sengaja.
Tidak putus asa karna tidak bisa naik ke kawah ijen. Kami segera memutuskan akan ke bromo atau ke pulau sempu. Seperti rencana awal. Dengan pertimbangan ini itu, akhirnya bromo jadi juaranya, selepas makan siang, kami turun dari ijen, dan menuju probolinggo.
Perjalanan menuju probolinggo siang itu ditemani hujan deras.
Di bromo ada acara honda yang menghadirkan 6.000 bikers. Sudah bisa dibayangkan penginapan2 murah pasti penuh didaerah penanjakan. Beruntung kami bertemu dengan seorang joki hotel yang menawarkan rumah yang bisa kami sewa dengan bandrol 350.000 plus ada water heaternya..
Subuh di hari sabtu kami bergegas mengejar sunrise, sayang ga boleh bawa mobil pribadi masuk area penanjakan, katanya kalo mobil boleh masuk itu sama saja menghambat rejeki masyarakat sekitar yang memang berprofesi sebagai pengemudi jeep. Pagi itu kami ditemani Mujiadji alias Doni (nama keren boo.), Doni sudah menjadi pengemudi jeep ke penanjakan selama setahun belakangan, sejak lulus sekolah menengah dan bekerja di pagguyuban Bromo Jeep Club. Doni mengantar kami ke penanjakan dan kawah bromo. Kami membayar sebesar 350.000 untuk 7 orang (jeep) dan 6.000 rupiah/ orang untuk karcis masuk.
Tiba di penanjakan sudah agak terang, ternyata sunrisenya jam 5 pagi, saya pikir sama kaya sunrise di bali (g. Batur & g. Agung) yang biasanya terjadi pada pukul 6.15 pagi. Pagi itu kabut tebal menyelimuti, jadi sunrise tidak kelihatan dengan sempurna. Kami mengambil gambar beberapa kali, dan segera bergegas bersama mas doni ke kawah bromo.
Baru pernah saya bertemu orang hindu berlogat jawa kental. Hahahaha, dalam hati lucu juga. Mas doni seorang hindu dan berasal dari suku tengger. Di tengah gurun pasir menuju kawahpun ada Pura.
Berhenti di batas akhir pengantaran jeep, kami disuguhkan pemandangan pasir luas, dengan masyarakat tengger lainnya yang bekerja sebagai juru kuda. Saya mencoba naik salah satu kuda dengan harga 20 ribu, #eitts, naiknya dari tengah gurun loh ya, kalo dari batas akhir jeep, kita ditawarkan 100 PP dan ga bisa nego. :D. Kuda yang saya tumpangi itu bernama manis (sesuai banget dengan yang naikin kudanya..xixixixixix) dan berusia 2 tahun.bosnya si manis bernama pak tarno, sambil jalan saya ngobrol dengan pak tarno, dengan nafas tersenggal-senggal karna capek beliau menjawab semua pertanyaan saya yg terdengar seperti wartawan gadungan ini. Hahaha.. Pak tarno sudah bekerja sebagai juru kuda ini selama 10 tahun. Seperti halnya mas doni, pak tarno juga tergabung dalam pagguyuban kuda di masyarakat tengger ini. Saya senang dengan senyum pak tarno, begitu tulus dan sederhana.
Pak tarno mengantar saya sampai di anakan tangga yang membawa semua pengunjung naik ke kawah. Teman-teman mencoba menghitung anak tangga yang konon katanya susah di tembak. Hahaha, kalo kata saya sih, cari ajah orang yang bikin tangga ini trus tanyain dia berapa sih sebenernya jumlah yang dia bikin? Hahahaha, kesian orang2 jadi pada simpang siur ngitung jumlah anak tangga ini.. ahahaha.. saya sih daripada ngitungin anak tangga mending ngasep sambil ngatur nafas.
Tapi gara-gara kebanyakan ngasep dan tidak sarapan, saya deg-degan begitu tiba di bibir kawah. Gilaaa.. curam amat, banyak orang lalu lalang, dan tidak ada pembatas bibir kawah. Serem ngeliatnya, saya pilih duduk manis sambil ngasep (lagi) daripada saya nyosor ke dalam kawah. Aiihh..nohope deh.
Kawah bromo terlihat lebih tinggi dari beberapa tahun lalu ketika saya masih study tour.
setelah menikmati pemandangan dari atas kawah, saya turun lagi, kali ini saya tidak menggunakan jasa pak tarno. Saya jalan kaki saja. Lebih sehat dan hemat bukan? Hehehehe..
saya dan teman-teman diantarkan mas doni, kembali ke ruma tempat kami menginap. Kami mandi dan menyiapkan diri untuk kembali ke Denpasar.
**oroginal posting on www.trackping.com by me on december 2011**
Mas aris sampe ga tidur, welly pusing karna udah terlanjur merencakan bakal bolos kerja, maya dan yang lainya sudah ngambil cuti untuk trip kali ini. Kalo saya tetap menjalankan sunnah rosul, secara malam jumat.. hahahahaha..
Jumat paginya kami confrence lewat Ym, semua yg terlibat diajak diskusi. Keputusan final-nya adalah sapa yang berani, hayuk berangkat. Saya menghubungi petugas homestay yang sudah saya booking sebelumnya. Aneh, kabar yang saya terima via homestay tersebut berbeda dengan publikasi media. Pegawai homestay bilang gapapa, aman2 saja. Akhirnya setelah pembicaraan ngalor ngidul ga jelas di Ym, maka kami memutuskan untuk berangkat ke ijen, ngecek ajah sebenarnya statusnya apa?, yang statementnya bener nih ,yang versi pegawai homestay atau versi media.
Kami memutuskan untuk mengurangi rombongan, bawa satu mobil saja, dan dipilih orang2 yang berani mati *halah* hehehehe. Kami tetap berangkat ke ijen, dengan optional kalo ga bisa masuk ijen, ya sudah mlipir ke bromo atau pulau sempu. Toh, deket2 ini. Rencana awal berangkat sabtu pagi berubah menjadi jumat malam jam 23.00.
Perjalanan ke Ijen kami tempuh selama 8 jam, melalui jalur bondowoso. GPS di Iphone mas aris bekerja sangat baik namun tidak semua jalan menuju ijen bagus, beberapa kilometer didalam hutan rusak parah. Dan sedang diperbaiki.
Setelah alamat palsu-nya ayu tingting dan keong racun berkumandang berkali-kali dari tape mobil, akhirnya kami sampai juga di pos pertama di kebun kalisat jampit, kami mengisi buku tamu dan istirahat sambil minum kopi yang (sebenarnya ) sangat nikmat kalo disajikan tanpa gula. Saya terkagum-kagum, nyaris berlebihan ketemu dengan pohon kopi. Hahaha, saya cinta kopi..!! pemandangan memukau sepanjang jalan memasuki Afdeling kampung malang. Rumah unyu-unyu, bergaya vintage, berjejer rapi, Jalanan bersih dan udara seger bener.
Kami memutuskan untuk meninjau lokasi dulu sebelum mampir ke homestay yang saya booking. Setelah melewati 2 pos penjagaan , kami sampai di paltuding loket masuk ke ijen yang berjarak 3 Km dari kawah. Sampe dilokasi, ada wawancara dari statsiun televisi swasta, merekam pernyataan bahwa kawah ijen ditutup untuk wisatawan, dengan jarak 1.5 km. Pernyataan tersebut diulang ketika kami menanyakan hal yang sama. Dan kamipun taraaa.. masuk tipi dengan tidak sengaja.
Tidak putus asa karna tidak bisa naik ke kawah ijen. Kami segera memutuskan akan ke bromo atau ke pulau sempu. Seperti rencana awal. Dengan pertimbangan ini itu, akhirnya bromo jadi juaranya, selepas makan siang, kami turun dari ijen, dan menuju probolinggo.
Perjalanan menuju probolinggo siang itu ditemani hujan deras.
Di bromo ada acara honda yang menghadirkan 6.000 bikers. Sudah bisa dibayangkan penginapan2 murah pasti penuh didaerah penanjakan. Beruntung kami bertemu dengan seorang joki hotel yang menawarkan rumah yang bisa kami sewa dengan bandrol 350.000 plus ada water heaternya..
Subuh di hari sabtu kami bergegas mengejar sunrise, sayang ga boleh bawa mobil pribadi masuk area penanjakan, katanya kalo mobil boleh masuk itu sama saja menghambat rejeki masyarakat sekitar yang memang berprofesi sebagai pengemudi jeep. Pagi itu kami ditemani Mujiadji alias Doni (nama keren boo.), Doni sudah menjadi pengemudi jeep ke penanjakan selama setahun belakangan, sejak lulus sekolah menengah dan bekerja di pagguyuban Bromo Jeep Club. Doni mengantar kami ke penanjakan dan kawah bromo. Kami membayar sebesar 350.000 untuk 7 orang (jeep) dan 6.000 rupiah/ orang untuk karcis masuk.
Tiba di penanjakan sudah agak terang, ternyata sunrisenya jam 5 pagi, saya pikir sama kaya sunrise di bali (g. Batur & g. Agung) yang biasanya terjadi pada pukul 6.15 pagi. Pagi itu kabut tebal menyelimuti, jadi sunrise tidak kelihatan dengan sempurna. Kami mengambil gambar beberapa kali, dan segera bergegas bersama mas doni ke kawah bromo.
Baru pernah saya bertemu orang hindu berlogat jawa kental. Hahahaha, dalam hati lucu juga. Mas doni seorang hindu dan berasal dari suku tengger. Di tengah gurun pasir menuju kawahpun ada Pura.
Berhenti di batas akhir pengantaran jeep, kami disuguhkan pemandangan pasir luas, dengan masyarakat tengger lainnya yang bekerja sebagai juru kuda. Saya mencoba naik salah satu kuda dengan harga 20 ribu, #eitts, naiknya dari tengah gurun loh ya, kalo dari batas akhir jeep, kita ditawarkan 100 PP dan ga bisa nego. :D. Kuda yang saya tumpangi itu bernama manis (sesuai banget dengan yang naikin kudanya..xixixixixix) dan berusia 2 tahun.bosnya si manis bernama pak tarno, sambil jalan saya ngobrol dengan pak tarno, dengan nafas tersenggal-senggal karna capek beliau menjawab semua pertanyaan saya yg terdengar seperti wartawan gadungan ini. Hahaha.. Pak tarno sudah bekerja sebagai juru kuda ini selama 10 tahun. Seperti halnya mas doni, pak tarno juga tergabung dalam pagguyuban kuda di masyarakat tengger ini. Saya senang dengan senyum pak tarno, begitu tulus dan sederhana.
Pak tarno mengantar saya sampai di anakan tangga yang membawa semua pengunjung naik ke kawah. Teman-teman mencoba menghitung anak tangga yang konon katanya susah di tembak. Hahaha, kalo kata saya sih, cari ajah orang yang bikin tangga ini trus tanyain dia berapa sih sebenernya jumlah yang dia bikin? Hahahaha, kesian orang2 jadi pada simpang siur ngitung jumlah anak tangga ini.. ahahaha.. saya sih daripada ngitungin anak tangga mending ngasep sambil ngatur nafas.
Tapi gara-gara kebanyakan ngasep dan tidak sarapan, saya deg-degan begitu tiba di bibir kawah. Gilaaa.. curam amat, banyak orang lalu lalang, dan tidak ada pembatas bibir kawah. Serem ngeliatnya, saya pilih duduk manis sambil ngasep (lagi) daripada saya nyosor ke dalam kawah. Aiihh..nohope deh.
Kawah bromo terlihat lebih tinggi dari beberapa tahun lalu ketika saya masih study tour.
setelah menikmati pemandangan dari atas kawah, saya turun lagi, kali ini saya tidak menggunakan jasa pak tarno. Saya jalan kaki saja. Lebih sehat dan hemat bukan? Hehehehe..
saya dan teman-teman diantarkan mas doni, kembali ke ruma tempat kami menginap. Kami mandi dan menyiapkan diri untuk kembali ke Denpasar.
**oroginal posting on www.trackping.com by me on december 2011**
Comments
Post a Comment